Akhir bahagia cerita Aladdin
Mengetahui hal tersebut, Aladdin pun panik dan terus mencari keberadaan istri dan ibu tercinta. Setelah mencari, terbesit dibenaknya bahwa ini semua mungkin saja ulah jahat dari penyihir yang pernah menjebaknya tempo dulu.
"Apakah ini balas dendam yang diberikan penyihir itu kepadaku?" tanyanya pada diri sendiri.
Setelah cukup lama berpikir, Aladdin mengingat sebuah cincin yang dahulu pernah diberikan sang penyihir untuk membujuknya masuk ke dalam sebuah gua. Ia pun langsung mengambil dan menggosok cincin tersebut, dengan harapan dapat mukjizat yang sama seperti lampu ajaib miliknya.
Benar saja, cincin yang digosokkan Aladdin pun mengeluarkan jin yang dapat memberikannya permintaan. Aladdin berkata, "Aku ingin dipertemukan kembali dengan istri dan ibuku.
Dengan petikan jari, ia pun dibawa ke padang pasir tempat di mana istana, serta keluarganya berada. Aladdin sangat senang karena dapat berkumpul kembali dengan Putri Yasmin dan juga ibunya.
Namun, hal yang mengejutkan adalah saat penyihir jahat tadi juga hadir di sana bersamaan dengan lampu ajaib yang berada di sebelahnya. Aladdin pun dengan sigap mengambil lampu ajaib itu dari atas meja dan menggosokkannya.
"Wahai Tuanku, apa permintaan ketigamu yang bisa ku kabulkan?" tanya jin dari lampu ajaib kepada Aladdin.
"Aku ingin penyihir jahat ini dikirim ke tempat yang jauh yang tidak akan pernah bisa kembali atau membahayakan siapa pun," ujar Aladdin kepada jin tersebut.
Penyihir tadi pun sempat meminta ampun agar Aladdin dan jin lampu ajaib itu tidak melakukan hal tersebut, namun terlambat karena jin tersebut langsung mengabulkan permintaan Tuannya.
Akhir cerita, Aladdin bersama keluarganya pun hidup bahagia bersama tanpa pernah diganggu oleh kehadiran penyihir jahat itu. Demikianlah kisah Aladdin dan lampu ajaib yang bisa Mama bacakan untuk si Kecil.
Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. “Kraak…” tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.
Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. “Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu”, seru si penyihir. “Tidak, aku takut turun ke sana”, jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. “Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu”, kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. “Cepat berikan lampunya !”, seru penyihir. “Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar”, jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya “Brak!” pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. “Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !”, ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. “Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan”, saya adalah peri cincin kata raksasa itu. “Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah.” “Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini”, ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. “Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan.”
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. “Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?”, kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. “Syut !” Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. “Sebutkanlah perintah Nyonya”, kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,”kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami”. Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. “Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu”, kata si peri lampu.
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. “Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya”. Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. “Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku.” Raja amat senang. “Wah…, anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku”.
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. “Tuan, ini Istananya”. Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. “Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?”, Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, “tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !”. Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. “Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku”, seru Aladin. “Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu,” ujar peri cincin. “Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana”, seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. “Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir”, ujar sang Putri. “Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang”, jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. “Singkirkan penjahat ini”, seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. “Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia”. Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
Suatu hari, seorang pedagang kaya raya datang mencari Aladdin dan berkata pada ibunya, “Saya seorang pedagang kaya. Saya datang dari Saudi dan ingin mengajak Aladdin ikut bekerja. Setelah pekerjaan selesai, saya akan membayarnya cukup, sehingga dia tidak perlu bekerja.”
Ibu Aladdin yang sedang kesulitan keuangan, langsung setuju karena mereka sangat membutuhkan uang. Sang Ibu berharap jika Aladdin akan menjadi pedagang sukses yang kaya dan bahagia di masa akan datang.
Namun, baik Aladdin maupun ibunya tidak mengetahui bahwa pedagang itu adalah penyihir di istana. Keesokan harinya, Aladdin mengepak barang-barangnya dan pergi bersama penyihir.
Mereka terus bepergian selama berjam-jam bersama, dan akhirnya, penyihir itu berhenti di tempat terpencil. Aladdin terkejut bahwa tidak ada satu orang pun di sana.
Penyihir itu mengeluarkan bubuk ajaib dari sakunya dan melemparkannya ke tanah, Tiba-tiba muncul asap dari tanah yang tersentuh bubuk ajaib. Ketika asap hilang, Aladdin melihat gua besar terbuka di tanah tempat penyihir menaburkan bubuk ajaib.
Melihat itu, penyihir berkata kepada Aladdin, “Masuk ke dalam gua. Kamu akan menemukan banyak emas dan perhiasan di sana, ambil sebanyak yang kamu inginkan. Kamu juga akan melihat lampu tua yang harus kamu bawa untuk saya.”
Aladdin curiga mendengar ini, tetapi ia masuk ke dalam gua. Aladdin tidak percaya apa yang dilihatnua di dalam gua. Kemana pun matanya bisa melihat, itu hanya bisa melihat emas.
Aladdin belum pernah melihat emas banyak sebelumnya. Ia mulai mengisi sakunya dengan koin emas. Ketika Aladdin sudah berpikir telah menyimpan cukup dan tidak ada lagi tempat untuk menyimpan emas, ia mulai mencari lampu.
Aladdin menemukan lampu tergeletak di salah satu sudut gua. Lampu itu tua dan kotor. Ia mengambil lampu dan memanggil penyihir untuk membantunya keluar dari gua.
Tetapi si penyihir menjawab, “Pertama, berikan aku lampunya!”.
Mendengar ini, Aladdin takut dan berpikir jika ia memberikan lampu terlebih dulu, maka penyihir itu mungkin akan meninggalkannya di sana. Jadi, ia mulai memohon, “Tolong bantu saya dulu.”
Mendengar ini, si penyihir menjadi marah dan sekali lagi menaburkan bubuk itu ke tanah. Kali ini, gua ditutup dengan batu yang sangat besar.
Aladdin ketakutan saat kegelapan bertambah. Ia mulai berteriak minta tolong dan menunggu dengan harapan bahwa seseorang akan datang untuk membantu. Setelah berjam-jam, ketika tidak ada yang datang. Aladdin menyerah.
Aladdin duduk di dalam gua sedih dan mulai membersihkan lampu. Ketika ia sedang membersihkan lampu, tiba-tiba ada asap di gua dan mendengar suara yang berkata, “Oh! Tuan saya, saya jin lampu ini. Aku akan mengabulkan 3 permintaan! Apa keinginan pertamamu?”.
Jin adalah hantu yang tampak aneh, dan Aladdin takut. Untuk sesaat, ia sangat terkejut, sehingga tidak tahu harus berkata apa. Ketika jin mengulangi pertanyaannya, Aladdin segera berkata, “Tolong bawa aku kembali ke rumah.”
Segera Aladdin ada di rumah bersama ibunya. Ketika melihat Aladdin kembali, ibunya menjadi sangat bahagia dan mereka berdua saling berpelukan. Aladdin memberi tahu ibunya segalanya tentang pedagang dan bagaimana ia meninggalkannya sendirian di gua terlarang itu. Ia juga bercerita tentang lampu ajaib dan jin yang membantunya pulang dari gua.
Setelah menceritakan seluruh kisah kepada ibunya sekali lagi, Aladdin menggosok lampu dan jin muncul kembali di hadapannya. Untuk keinginan keduanya, Aladdin meminta jin membangun sebuah istana dengan semua kekayaannya. Seketika gubuk lamanya berubah menjadi istana yang indah dengan segala kekayaan dan kemewahan.
Dalam waktu yang singkat, Aladdin menjadi sangat terkenal di seluruh negaranya. Ia dikenal karena kebaikan dan perbuatan baiknya. Karena kebaikannya, Aladdin kemudian menikah dengan Putri Yasmin. Putri cantik yang selama ini selalu menjadi impian Aladin. Mereka sangat bahagia bersama.
Mendengar semua ini, penyihir datang ke istana Aladdin berpura-pura menjadi orang tua yang mengoleksi lampu tua.
Istri Aladdin, yang tidak menyadari bahwa lampu Aladdin itu ajaib, memberikannya kepada si penyihir, sementara Aladdin tidak ada.
Pada saat mendapatkan lampu, penyihir mulai menggosoknya, dan segera jin muncul, ia meminta jin untuk memindahkan istana Aladdin dari tempat saat ini ke gurun yang jauh.
Ketika Aladdin datang, ia terkejut menemukan bahwa istananya, puteri Yasmin, dan ibunya hilang.
Aladdin mulai mencari mereka dengan panik. Tiba-tiba, ia tersadar bahwa penyihir yang berpikiran jahat akan melakukan sesuatu untuk membalas dendam padanya. Dia ingat cincin yang diberikan penyihir itu yang masih bisa membantunya.
Ia menggosok cincin itu, dan jin lain muncul. Aladdin meminta jin untuk membawanya ke puterinya. Dan pada saat berikutnya, Aladdin diangkut ke padang pasir, dimana istana dan keluarganya berada.
Aladdin sangat senang melihat istri dan ibunya selamat. Ia juga melihat bahwa penyihir juga ada disana dan disebelah mejanya ada lampu ajaib. Penyihir itu juga terkejut melihat Aladdin, dan sebelum ia bisa menebak langkah selanjutnya, Aladdin dengan cepat melompat dan meraih lampu ajaib dari meja.
Aladdin menggosok lampu dan jin muncul kembali. Kali ini, Aladdin memerintahkan, “Aku ingin kau mengirim penyihir ini ke tempat yang jauh dari tempat dia tidak pernah bisa kembali atau membahayakan siapa pun.”
Dengan senang hati, jin menuruti perintah Aladdin. Dan si penyihir menghilang tanpa pernah kembali.
Selanjutnya, jin membantu mengangkut istana dan Aladdin kembali ke tempatnya. Aladdin dan puterinya hidup bersama bahagia selamnya. Jin dan lampu juga tetap bersama Aladdin dan keluarganya.
Kisah Aladdin dan Putri Yasmin
Dengan kesuksesan yang telah diraihnya sekarang, tak lengkap rasanya jika ia terus hidup seorang diri tanpa pendamping. Suatu ketika, ia pun bertemu dengan seorang putri dari kerajaan seberang, yakni Putri Yasmin.
Pertemuan mereka membuat keduanya saling jatuh hati dan memutuskan untuk hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Namun, kebahagiaan Aladdin dan Putri Yasmin rupanya tak bertahan lama. Penyihir yang dahulu sempat menjebaknya, kini mulai geram dengan kabar kesuksesan Aladdin.
Penyihir tadi kemudian berpura-pura menjadi lelaki tua yang menyebut dirinya mengoleksi lampu tua. Saat itu, kondisi kerajaan cukup sepi karena Aladdin sedang tidak ada di sana. Sehingga penyihir pun hanya bertemu dengan Putri Yasmin yang sebelumnya tak tahu apa pun tentang sejarah lampu tua milik suaminya.
"Lampu tua ini sangat bagus, bolehkah aku meminjamnya untuk beberapa saat?" tanya penyihir kepada Putri Yasmin.
Merasa tak ada yang aneh dari gelagat kakek tua tadi, Putri Yasmin pun memberikannya pada sang penyihir saat Aladdin tidak ada di istana. Namun, penyihir yang menyamar menjadi kakek tua itu langsung mengambil lampu tadi dan menggosokkannya.
"Wahai Tuanku, akan aku berikan Tuanku tiga permintaan yang akan kukabulkan. Apa permintaan pertamamu?” ujar jin dalam lampu ajaib tadi kepada sang penyihir.
"Aku ingin istana megah milik Aladdin dipindahkan ke gurun yang jauh," jawabnya.
Permintaan tersebut pun langsung diindahkan oleh jin lampu ajaib dan membuat Aladdin terkejut ketika dirinya kembali. Sebab, tak hanya istana megahnya saja yang tiba-tiba menghilang, tetapi istri dan ibunya pun ikut menghilang.
Kisah Aladdin yang ingin lepas dari kemiskinan
Dahulu kala di sebuah kota yang terletak di Asia Timur, diceritakan terdapat seorang ibu yang tinggal dengan anak laki-lakinya bernama Aladdin. Mereka hidup secara sederhana di sebuah gubuk tua yang kurang memadai.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, Aladdin tak henti membantu ibunya untuk menjual buah-buahan di sebuah pasar dekat tempat tinggalnya. Sebagai anak semata wayang, ia pun sangat menyayangi sang ibu dan bermimpi jika suatu saat ia bisa hidup mewah bersama dengan ibu tercinta.
Sampai suatu ketika, Aladdin yang sedang melakukan kegiatan hariannya dalam membantu sang ibu di pasar, dipertemukan dengan seorang pedagang kaya. Pedang itu menghampiri Aladdin dan menawarkan bantuan padanya.
"Apakah kamu ingin hidup sukses dan kaya raya? Aku bisa membantumu dengan menawarkan kerja sama yang memiliki bayaran cukup besar," ujar sang pedagang kaya kepada Aladdin.
Tanpa ragu, Aladdin pun tergiur dengan penawaran tersebut dan menyetujuinya. Namun, ia tetap harus meminta izin kepada sang ibu sebelum akhirnya memutuskan pergi bersama pedagang tadi.
"Baiklah, tetapi izinkan aku meminta izin dan restu kepada ibuku terlebih dahulu," jawab Aladdin yang kemudian langsung meminta izin kepada ibunya.
Mendengar ucapan sang anak, ibu Aladdin pun langsung mengizinkan putranya itu untuk pergi merantau mencari kesuksesannya. Sang ibu berkata, "Pergilah dan kejar kesuksesanmu, nak."
Terkurung di bawah tanah
Meski sebelumnya sempat menolak karena takut, namun penyihir tadi memberikan sebuah cincin ajaib yang disebut akan melindungi Aladdin selama mencari lampu tua di dalam gua.
“Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu. Jadi cepat pakai dan turun ke bawah sekarang juga!” kata si penyihir.
Akhirnya, Aladdin pun mengenakan cincin tersebut dan mulai menuruni undakan itu dengan perasaan takut yang masih menghampirinya. Sesaatnya sampai di dasar gua, ia menemukan pepohonan dengan buah permata dan lampu yang ada di bawahnya.
Saat ia hendak kembali menaiki undakan ke permukaan, sebagian pintu lubang sudah tertutup mulai tertutup dan membuat Aladdin semakin ketakutan. Bukannya menolong, penyihir tadi justru memaksa Aladdin memberikan lampu yang sudah dipegang olehnya.
“Cepat berikan lampunya!” seru penyihir.
“Tidak. Lampu ini akan kuberikan setelah aku dapat keluar dari sini,” jawab Aladdin sembari memegangi lampu tersebut.
Setelah melakukan debat yang memakan waktu, pintu tersebut semakin lama semakin menutup. Penyihir pun marah dan berakhir membuat pintu lubang ditutup oleh penyihir secara keseluruhan. Dengan tega, penyihir tadi meninggalkan Aladdin terkurung di dalam lubang bawah tanah.
Tipu muslihat penyihir
Keesokan harinya setelah mendapat izin sang ibu, Aladdin pun pergi bersama pedagang itu. Keduanya menempuh perjalanan yang sangat jauh dari tempat tinggal Aladdin sebelumnya.
Bukan mendapat pekerjaan yang layak sebagaimana diharapkan, Aladdin justru diperlakukan seperti budak yang harus mengerjakan segala perintah dari pedagang tadi. Bahkan, ia diancam akan dibunuh jika tidak mematuhi perintah pedagang tersebut.
Namun ada hal janggal yang membuat Aladdin baru menyadarinya. Pedagang kaya yang menawarinya pekerjaan itu rupanya bukan seorang manusia seperti dirinya, melainkan seorang penyihir. Hal ini diketahui ketika Aladdin dibentak olehnya dan penyihir tersebut mengeluarkan bubuk ajaib dari dalam sakunya.
Bubuk tersebut kemudian ditaburkan ke atas tanah. Secara mengejutkan, sebuah asap pun muncul dari tanah yang tadi diberi taburan bubuk ajaib oleh penyihir. Sang penyihir kemudian menyalakan api dengan kayu bakar sembari mengucapkan mantra.
Secara tiba-tiba, tanah di hadapan mereka pun terbelah dan memperlihatkan sebuah lorong seperti gua dan undakan untuk menuju ke dasarnya.
"Cepat turun dan ambilkan aku lampu tua di dasar gua tersebut!" perintah penyihir sembari membentak Aladdin.
“Tidak, aku takut turun ke sana,” jawab Aladdin dengan ekspresi ketakutannya.
Permintaan Aladdin kepada jin di lampu ajaib
Setelah kejadian berhasilnya Aladdin selamat dari dalam gua, ia pun mulai percaya akan kemampuan sihir lampu ajaib yang ditemukannya. Sebelum meminta permintaan keduanya, Aladdin lebih dulu menceritakan semua kejadian yang menimpanya kepada sang ibu.
Kemudian Aladdin mulai menggosokkan kembali lampu ajaib tadi dan jin tersebut kembali muncul dari dalam lampu tersebut.
"Wahai Tuanku, apakah permintaan keduamu?" tanya sang jin kepada Aladdin.
Sangat ingin membahagiakan ibunya, serta ingin terbebas dari kehidupan miskin yang selama ini mereka jalani, keinginan keduanya adalah meminta jin membangunkan sebuah istana dengan semua kekayaannya.
Seperti permintaan pertama, hanya dengan sekali petikan saja, gubuk lama milik Aladdin dan ibunya pun berubah menjadi istana megah. Ia pun kemudian menjadi terkenal di negaranya karena kebaikan yang ia perbuat kepada sesama warga sekitar.
0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
By completing profiles, we can ensure you get the best service
Dongeng ini menceritakan tentang Aladin, seorang anak miskin yang tinggal bersama ibunya. Suatu hari, ia diajak pergi oleh seorang laki-laki yang mengaku sebagai pamannya. Ternyata laki-laki itu adalah seorang penyihir yang ingin memanfaatkan Aladin untuk mendapatkan lampu ajaib. Setelah terjebak di gua, Aladin menemukan lampu ajaib yang ternyata memiliki jin pelindung.
0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
Silahkan login untuk akses buku ini
Pengarang: Shogo Hirata
Penerbit: Elex Media Komputindo
Total Diunduh: 15 kali
Aladin dan lampu ajaib adalah sebuah cerita dari Arab. Cerita ini sangat populer dan sampai sekarang masih di baca di seluruh dunia.
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Untuk menstimulasi kemampuan berbahasa anak, Mama dan Papa bisa membacakan dongeng anak yang bisa dilakukan saat waktu senggang atau pun sebelum anak pergi tidur. Selain menstimulus kemampuan bahasanya, mendongeng di depan anak juga bisa meningkatkan bonding antara anak dan orangtua.
Ada banyak cerita anak yang bisa Mama pilih untuk dibacakan kepada si Kecil, misalnya saja cerita Aladdin yang menggambarkan seorang laki-laki yang bertemu dengan jin penolong dari sebuah lampu ajaib.
Sebenarnya cerita Aladin dan lampu ajaib ini tersedia dalam banyak versi. Namun, inti dari semua versi cerita yang ada akan menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Aladdin yang bertemu dengan seorang jin penolong dari sebuah lampu ajaib.
Kali ini Popmama.com telah menyiapkan dongeng anak: Aladdin dan lampu ajaib di bawah ini. Yuk bacakan untuk si Kecil!
Mendapat mukjizat dan berhasil selamat
Merasa ketakutan seorang diri di dalam gua, Aladdin pun meringis sedih dan juga mulai merasa kelaparan.
"Di sini gelap dan dingin, aku lapar dan ingin bertemu ibuku. Tuhan tolonglah aku," ucap Aladdin seraya berdoa dan memohon mukjizat.
Di dalam gua sana, Aladdin pun mulai terduduk lemas sembari membersihkan lampu tua tadi yang dipegangnya. Ia menggosok secara perlahan dan dikejutkan karena tiba-tiba terdapat asap yang keluar dari lampu tersebut.
Betapa terkejutnya ia karena muncul seorang jin yang dapat berbicara kepadanya. Jin dari lampu ajaib tersebut berkata, “Akan aku berikan Tuanku tiga permintaan yang akan kukabulkan. Apa permintaan pertamamu?”
Meski sempat merasa takut dan aneh, namun Aladdin berusaha percaya dan tetap menyebutkan permintaannya kepada jin tersebut. Permintaannya cukup sederhana, yakni ingin kembali pulang ke rumah dan bertemu sang ibu.
"Aku ingin pulang ke rumah bersama ibuku, aku sangat merindukannya," ucap Aladdin kepada jin yang keluar dari lampu ajaib tadi.
Aladdin kembali dibuat terkejut karena hanya dengan petikan jari, dirinya sudah kembali ke rumah dan bertemu sang ibu. Ibu dan anak ini pun sangat senang karena dapat bersatu kembali setelah perjalanan jauh Aladdin.